Mengenal Fenomena 'Fooled by Randomness': Keberuntungan, Keterampilan, dan Ketidakpastian dalam Investasi
Fooled by Randomness adalah buku karya Nassim Nicholas Taleb yang mengajarkan kita bahwa banyak hal yang terjadi dalam hidup dan pasar tidak bisa diprediksi. Buku ini mengupas bagaimana kita sering kali terjebak dalam ilusi bahwa kesuksesan adalah hasil dari keterampilan, padahal bisa jadi itu hanya keberuntungan. Taleb memaparkan berbagai konsep yang membantu kita untuk lebih skeptis dan berpikir lebih jangka panjang dalam dunia investasi.
1. The Past is Always Deterministic (Masa Lalu Selalu Deterministik)
Taleb mengungkapkan bahwa kita cenderung melihat masa lalu sebagai sesuatu yang sudah pasti atau deterministik setelah kita mengetahui hasilnya. Ini disebut Hindsight Bias (bias pandangan setelah kejadian). Ketika kita sudah mengetahui hasil dari suatu kejadian, kita sering berpikir bahwa kejadian tersebut sudah jelas sebelumnya, padahal sebenarnya hasil tersebut hanya terlihat jelas setelah kejadian itu terjadi.
Tiga tingkat bias dari hindsight:
- Biasing (Kita tahu): Kita percaya bahwa kita telah mengetahui hasilnya, meskipun kita tidak tahu sebelumnya.
- Inevitability (Tak terhindarkan): Kita berpikir bahwa hasil tersebut pasti terjadi dan tak terhindarkan.
- Memory distortion (Distorsi ingatan): Ingatan kita tentang masa lalu cenderung dimodifikasi untuk menyamakan kejadian dengan hasil yang sudah kita ketahui.
Penjelasan lebih lanjut: Otak kita cenderung membuat pola setelah kejadian terjadi, yang membuat kita berpikir bahwa semuanya sudah dapat diprediksi. Taleb mengingatkan agar kita tidak terlalu mudah jatuh ke dalam jebakan ini saat menilai kejadian yang sudah berlalu.
2. Luck Mistaken as Skill (Keberuntungan Dianggap Sebagai Keterampilan)
Pasar seringkali memberi ilusi bahwa keberuntungan adalah hasil dari keterampilan, padahal seringkali keberuntungan (randomness) yang berperan besar dalam kesuksesan seseorang. Taleb menjelaskan bahwa banyak investor yang sukses hanya kebetulan beruntung, dan ini cenderung disalahartikan sebagai hasil keterampilan mereka.
Contoh:
- Investor yang hanya beruntung memilih saham yang tepat tanpa strategi yang jelas.
- Banyak orang menganggap bahwa volatilitas pasar atau fluktuasi harga adalah indikator keterampilan, padahal itu bisa jadi hanya keberuntungan.
Taleb mengingatkan bahwa kita harus hati-hati dengan Survivorship Bias – bias yang terjadi ketika kita hanya melihat orang yang sukses dan menganggap mereka memiliki keterampilan lebih, padahal bisa jadi mereka hanya kebetulan bertahan hidup dalam pasar yang penuh risiko.
3. Loyalty to Ideas (Kesetiaan pada Ide)
Taleb menekankan bahwa kita seringkali terlalu setia pada ide atau teori yang kita percayai, meskipun teori tersebut sudah tidak relevan atau tidak sesuai dengan perkembangan dunia. Misalnya, terlalu percaya pada metode atau strategi lama yang telah terbukti gagal di masa depan.
Contoh:
- Keberhasilan masa lalu tidak selalu berarti keberhasilan di masa depan.
- Terlalu berpegang pada satu ide atau teori bisa membuat kita terjebak dalam pola pikir yang usang dan tidak membuka peluang untuk perubahan atau inovasi.
Penjelasan lebih lanjut: Pasar dan dunia terus berubah. Taleb mendorong kita untuk lebih fleksibel dalam berpikir dan menerima perubahan, daripada terjebak dalam kesetiaan terhadap teori atau strategi yang telah terbukti tidak lagi efektif.
4. Study Alternative Histories (Studi Sejarah Alternatif)
Taleb mengingatkan bahwa salah satu hal penting dalam berinvestasi adalah menilai berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, bukan hanya satu jalur sejarah yang sudah terjadi. Ini berarti, kita harus belajar dari sejarah alternatif—misalnya, bagaimana jika keputusan yang berbeda diambil di masa lalu?
Contoh: Jika CEO suatu perusahaan menyelamatkan perusahaannya dengan mengambil keputusan ekstrem seperti bermain Russian Roulette untuk mencari investor, apakah keputusan tersebut dapat diulang atau hanya beruntung saja?
5. Black Swan (Angsa Hitam)
Black Swan adalah istilah yang dipopulerkan Taleb untuk menggambarkan peristiwa besar dan tak terduga yang memiliki dampak luar biasa, tetapi sangat sulit diprediksi sebelumnya. Hal ini juga menyiratkan bahwa kita seringkali meremehkan kemungkinan terjadinya peristiwa besar yang dapat merubah banyak hal.
Contoh: Krisis keuangan 2008 adalah contoh Black Swan—terjadi dengan dampak besar yang tidak dapat diprediksi sebelumnya oleh banyak ahli ekonomi.
Penjelasan lebih lanjut: Taleb mengingatkan kita bahwa meskipun kita tidak bisa memprediksi Black Swan, kita harus tetap waspada dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidakpastian dengan menciptakan Margin of Safety—yakni strategi untuk melindungi diri dari ketidakpastian dan risiko yang datang tiba-tiba.
6. Probability and Skepticism (Probabilitas dan Skeptisisme)
Taleb menekankan bahwa probabilitas, seperti yang diajarkan dalam buku teks, sering kali tidak mencerminkan kenyataan kehidupan. Dalam kenyataannya, kita tidak tahu skenario yang mungkin terjadi di masa depan, jadi lebih baik kita tetap skeptis terhadap perhitungan probabilitas yang terlalu optimis atau pasti.
7. Have Limits (Miliki Batasan)
Dalam hidup dan investasi, kita harus tahu bahwa kita tidak akan selalu menang. Sebagian besar waktu, kita akan mengalami kerugian. Penting untuk tahu kap
Comments
Post a Comment